Rabu, 08 Januari 2020

TERUMBU KARANG SEBAGAI PENCEGAHAN GLOBAL WARMING

TERUMBU KARANG SEBAGAI PENCEGAHAN GLOBAL WARMING
Oleh: Andhika Wahyu Putra – Universitas Budi Luhur

Terumbu karang merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Selain sebagai keanekaragaman hayati dan sebagai tempat tinggal sementara ataupun tetap bagi biota-biota laut, terumbu karang juga mempunyai fungsi sebagai tempat mencari makan ikan dan sebagai tempat berlindung ikan-ikan. Siklus kimia, biologi, serta fisik yang secara global memiliki produktifitas primer yang sangat tinggi dengan kisaran 500-3000 kal/m²/tahun terjadi di ekosistem ini.[1] Wallace mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal terumbu karang mencapai 90-95%. [2]
Penggunaan bom dan racun merupakan aktivitas manusia yang sangat merusak ekosistem terumbu karang. Kegiatan penambangan batu karang sebagai bahan dasar konstruksi juga menjadi penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang. Aktivitas-aktivitas manusia yang menyebabkan kerusakan terumbu karang terjadi karena berkembangnya perekonomian serta peningkatan jumlah penduduk pada daerah pesisir yang terdapat ekosistem terumbu karang. Sebagai contohnya dapat kita lihat ekosistem terumbu karang pada Kepulauan Seribu, Jakarta. Kepulauan Seribu merupakan salah satu perairan di Indonesia yang memiliki potensi terumbu karang yang besar. Potensi terumbu karang Kepulauan Seribu merupakan aset andalan bagi dunia pariwisata bahari dan sentra produksi perikanan Jakarta. Disamping sebagai hunian masyarakat tradisional, Kepulauan Seribu juga menjadi tempat yang menarik bagi wisatawan yang mendatangkan devisa yang cukup besar bagi Indonesia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kepulauan Seribu, pemanfaatan ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu juga mengalami peningkatan dengan berbagai bentuk pemanfaatan baik dari masyarakat setempat maupun masyarakat dari luar Kepulauan Seribu. Pemanfaatan yang tidak terkendali di Kepulauan Seribu saat ini telah mengakibatkan tingkat tekanan terhadap kelestarian lingkungan semakin tinggi, yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu. Berdasarkan penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P3O – LIPI) dan UNESCO, kerusakan terumbu karang di Kepulauan Seribu telah mencapai 90%. Kerusakan terumbu karang ini sudah jauh diatas rata-rata kerusakan terumbu karang di Indonesia yang hanya 42,78%. [3]
Perlu diketahui bahwa Indonesia merupakan negara pengekspor karang hidup terbesar dunia. Tercatat 200 ribu karang pada 2002 sampai 800 ribu karang pada 2005 telah di ekspor dari Indonesia. Sementara sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan mencapai US$ 600 juta per tahun. Ini karena Indonesia terletak dalam jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral triangle). Lokasi ini menjadikan Indonesia memiliki jumlah jenis karang terbesar di dunia dari sekitar 700 jenis karang di dunia, 590 diantaranya ada di Indonesia. Disisi lain coral triangle memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Lebih dari 120 juta orang hidupnya bergantung pada terumbu karang dan perikanan di kawasan tersebut. Coral triangle yang meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon ini, merupakan kawasan yang memiliki keanakaragaman hayati laut tertinggi di dunia khususnya terumbu karang.
[4]Terumbu karang juga dapat mengurangi dampak dari pemanasan global. Terumbu karang dengan kondisi yang baik memiliki fungsi yang cukup luas, yaitu memecah ombak dan mengurangi erosi, tempat cadangan deposisi kapur yang mengandung karbon, sebagai tempat berkembang-biak, mencari makan dan berlindung bagi ikan dan biota laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi mengurangi karbon yang lepas ke atmosfer sehingga dapat mengurangi kerusakan ozon. Tetapi pada terumbu karang dengan kondisi jelek terjadi pengurangan kapur yang mengakibatkan turunnya permukan terumbu karang. Sehingga gelombang laut tidak dapat lagi di pecah oleh terumbu karang yang letaknya menjadi jauh dibawah permukanan laut. Lambat laut, gempuran gelombang laut mengerus dataran rendah menjadi laut. Salah satu usaha menghadapi ancaman pemanasan global adalah menjaga dan memelihara terumbu karang. Sebagai generasi muda, siapa yang akan menyelamatkan bumi kita ini kalau bukan kita sendiri? Sadarkah anda jika anda tidak memelihara terumbu karang, cucu anda tidak dapat mewarisi tanah dan rumah anda sekarang? Karena beberapa ilmuwan memprediksi 100 tahun lagi bumi ini akan menjadi laut. Akankah kita berdiam diri hingga prediksi ini benar-benar terjadi? Selamatkanlah terumbu karang kita dengan hal yang sangat sederhana sekali, yaitu dengan tidak membuang sampah apapun ke laut, bahkan bungkus permen sekalipun!




[1] Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Jakarta. Jakarta.
[2] Coral reefs and their management. www.cep.unep.org diakses pada 4 November 2013 pukul 08.45 WIB
[3] M.H Azkab dan Hutomo M. 1991. Sumber Daya Kepulauan Seribu dan Peranan Stasiun Penelitian Oseanologi Pulau Pari. P3O LIPI.
[4] Sumber gambar: www.hijauku.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar